Salah satu ciri budaya warisan nenek moyang bangsa kita yakni Gotongroyong. adalah kebersamaan yang didasari kesenangan melakukan kegiatan bersama-sama. Kesenangan ini betul-betul tulus, bekerja dengan gembira, senang hati dan bahagia.
Gotongroyong ini pulalah menjadi dasar terbangunan kehidupan sosial dalam masyarakat . Saling bahu membahu, membantu satu sama lain untuk tercapainya kemajuan bersama.
Pergeseran nilai gotongroyong sedikit demi sedikit mulai muncul. Pengaruh-pengaruh sistem kapitalis dan liberalisme menghantui kehidupan masa depan anak bangsa.
Sebab orang mulai berfikir secara instan,cepat tanpa pertimbangan berlama-lama. Dominasi materi dikedepankan. Yang untung itulah tujuan utama kalau tidak ada untung , nanti dulu..!.
Dunia usaha berpacu dengan bagaimana bisa untung, tetapi sendiri !
Taraf kehidupan maunya mapan, itu juga sendiri!
Bagaimana dengan orang lain, Bukankah masalah mereka sendiri?
Kerinduan kita pada warisan nenek moyang hendaknya bisa terwujud. Berusaha,Bekerja secara gotong royong.
Bisa saja kita terapkan secara bergotong royong, namun nilainya. Hitung-hitungan usaha silahkan berjalan sesuai aturan usaha.
Persaingan usaha hendaklah ditolerir memakai harmoni kemasyarakatan. Tidak untuk menjatuhkan usaha teman yang lain. Komunikasi antar sesama pelaku usaha kecil harusnya ada terjadi.
Yang baru mulai usaha bingung tanpa panduan. Akan bertanya pada siapa? Ga mungkin ambil paket usaha modal puluhan juta, sementara mereka melahirkan tekad demi terbangun usaha.
Nilai gotongroyong dalam usaha yaitu usaha dari kita, untuk kita. Bergerak bersama-sama bukan berarti yang tidak punya andil akan kebagian. Jika mau silahkan berusaha.
Dunia kapital mengiginkan anda hanyalah objek, tidak ada batasan sampai pada tingkat usaha kecilpun menjadi sasaran. Malah dampak buruk akan sangat dirasakan. Anda tidak berkembang fikirkan sendiri, jika ingin diajari anda harus berani berkorban yaitu mengeluarkan biaya.
Apakah setiap kita punya biaya itu? Kalau ada silahkan dibeli ilmunya namun jangan berfikir jika anda sudah dapat ilmunya lalu anda akan jual lebih mahal demi tercapai keuntungan. Lalu dimana rasa kepedualian kita?
Sebenarnya semangat gotongroyong banyak dicetuskan pendahulu ekonomi kita. Pemerintah senantiasa menggalakan program-program nyata dibidang usaha dalam lingkup seperti koperasi sebagai wujud semangat gotongroyong .
Sebagian kecil saja mampu menembus pasar-pasar nasional bahkan internasional. dengan menerapkan usaha-usaha berciri khas daerah, seperti pengrajin kayu, seni patung, batik dan lain-lain.
Kita cukup bangga dengan kemajuan ini. Namun sisi kelamnya diantara pelaku usaha inipun mulai didominasi mereka-mereka berkemampuan modal memadai.
Harapan kita terhadap mereka agar mampu menjalin dan merangkul yang masih usaha kecil. Membantu agar menggerakan setiap komponen usaha paling bawah dengan menggangkat hasil-hasil olahan mereka kepasar-pasar dimana tempat mereka memasarkannya.
Pembangunan koperasi betul-betul mempunyai andil besar bagi masyarakat. Pelaku usaha itupun harus memiliki rasa cukup tinggi dengan selalu belajar. Jangan hanya mengharapkan bantuan dari badan akan tetapi kita enggan mengembangkan bakat diri sendiri.
Menceburkan diri secara utuh dalam usaha yang dilakoni ciri usahawan sejati. Tetapi jangan cepat puas dengan pencapaian kita. Ingat masih banyak tanggung jawab memajukan saudara-saudara kita. Mereka berharap akan nilai gotongroyong yang sudah anda capai dapat mereka rasakan hasilnya.
Satu langkah kemajuan diwariskan kepada orang lain disana lahir jiwa produk usaha yang kita jalani. Membagi ilmu kemampuan demi orang lain ikut maju tidak lantas membuat kita rugi dalam berusaha.
No comments:
Write comments